Más vale ser cabeza de ratón que cola de león.(It’s better to be a rat’s head than a lion’s tail.) ~Spanish proverb
Jika kita memiliki pilihan untuk menjadi yang terbaik di sesuatu yang kecil, atau menjadi yang biasa atau terburuk di sesuatu yang besar, manakah yang kita pilih? Dan kenapa?
Contoh kasus, apakah lebih baik kuliah di kampus ternama seperti ITB di jurusan yang tidak terlalu bagus dan nilai pas-pasan, atau kuliah di kampus swasta saja seperti Unjani tapi di jurusan terbaiknya dengan kemungkinan nilai yang akan bagus? Beberapa orang yang saya kenal akan memilih untuk kuliah di ITB, karena walaupun menjadi mahasiswa yang biasa saja di situ, fakta bahwa kita kuliah di ITB (dan berpeluang memiliki ijazah cap gajah) sudah cukup menguntungkan.
Tapi apakah benar begitu?
Beberapa hari yang lalu saya melihat presentasi Malcolm Gladwel di Zeitgeist 2013, dia bicara tentang salah satu topik yang dia bahas di buku terbarunya, David and Goliath, tentang bagaimana entitas-entitas elit (besar, terkenal, atau berpengaruh) mengacaukan hidup kita.
Hal yang paling menarik menurut saya adalah dia menyorot beberapa riset tentang performa mahasiswa di berbagai kampus (baik kampus bagus atau pun kampus biasa/jelek) berdasarkan tingkat ‘kepintaran’nya di kampus tersebut. Secara umum mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok, kelompok terbaik, kelompok menengah, dan kelompok terburuk. Ada beberapa hal yang dibandingkan:
- Pertama, seberapa besar peluang seseorang bertahan di suatu jurusan di kampus tersebut. Banyak mahasiswa yang ada di kelompok terburuk cenderung putus kuliah lalu memilih jurusan lain. Rata-rata karena merasa tidak cukup pintar untuk melanjutkan kuliah di jurusan tersebut.
- Kedua, jumlah paper yang dihasilkan kelompok mahasiswa tertentu dalam setahun. Rata-rata mahasiswa kelompok yang lebih baik menghasilkan paper yang lebih banyak dibanding mahasiswa di kelompok yang lebih buruk.
Sejauh ini kedua kesimpulan tersebut masih masuk akal, namun ada plot twistnya:
- Mahasiswa dalam kelompok terburuk di kampus yang terbaik, banyak yang memutuskan putus kuliah atau pindah jurusan, walaupun sebenarnya nilai mereka lebih baik daripada mahasiswa terbaik di kampus yang biasa saja. Sebenarnya mereka cukup pintar dalam topik tersebut, jika kita bandingkan dengan mahasiswa di kampus lain, tapi tetap saja jumlah mahasiswa yang putus kuliah atau pindah jurusan di kampus terbaik tersebut cukup besar.
- Kelompok mahasiswa terbaik di kampus yang biasa saja atau jelek, menghasilkan paper atau karya yang lebih banyak daripada kelompok mahasiswa pada kelompok menengah atau terburuk di kampus terbaik. Sekali lagi, walaupun di atas kertas kelompok menengah dan terburuk di kampus terbaik tetap lebih ‘pintar’ daripada mahasiswa terbaik di kampus biasa saja, mereka tetap kalah.
Apa penyebabnya?
Faktor yang mungkin tidak dipertimbangkan orang-orang dalam memilih untuk menjadi ekor singa atau kepala tikus menurut saya adalah:
- Kepercayaan diri. Saya rasa kalau kita menjadi yang terburuk di lingkungan kita, walaupun lingkungan tersebut adalah lingkungan terbaik, kita akan tetap menghadapi tantangan dalam kepercayaan diri kita sehari-hari. Tidak jarang mahasiswa yang kurang fasih dalam kuliah, atau nilai-nilainya jelek, akan cenderung malas kuliah.
- Kesempatan untuk berkembang. Kesempatan yang didapat oleh mahasiswa-mahasiswa berprestasi jauh lebih banyak daripada mahasiswa biasa atau mahasiswa yang kurang baik. Kesempatan itu bisa berupa beasiswa prestasi, kesempatan mengikuti berbagai lomba, atau sesederhana namanya diingat oleh dosen. Hal seperti ini, jika terjadi terus menerus selama 3 atau 4 tahun kuliah pasti akan membuat perbedaan yang cukup besar antara mahasiswa terbaik dan sisanya.
Apakah berarti kita harus memilih menjadi yang terbaik di tempat yang tidak terlalu bagus? Belum tentu, semua kembali ke penilaian masing-masing, sejauh apa resiko yang berani kamu ambil untuk selembar ijazah cap gajah, misalnya. Setidaknya, dengan informasi ini, kita bisa tahu apa yang akan kita hadapi dan bagaimana menyikapinya.
Contohnya, jika memang jurusan kita bukan jurusan terbaik di kampus, dan kita bukan mahasiswa terbaiknya, mungkin kita perlu cepat-cepat cari peluang bagaimana kita bisa memanfaatkan kampus kita untuk meningkatkan value kita di masa depan, misalnya dengan mencari kegiatan di organisasi atau bidang lainnya.
Jadi, lain kali kita menemui pilihan untuk menjadi ekor singa atau kepala tikus, pikirkan lagi faktor-faktor lain yang mungkin akan mengacaukan hidup kita.